Rabu, 18 Jun 2014

"Trutttttt!!!!!....Truttttttt!!!!....Trutttt!!!... Bang!! Bang!!! Boommmmmmm!!!! Arggghhhhh!!!!!.........."


Sepi sekali lailatul kala itu . Angkasa yang bertabirkan sutera kegelapan diseri butiran manik berkerdipan gemilang . Sambil itu Sang Ratu malam berdandan ayu di tabir malam bersama durjanya yang putih berseri , meski sesekali kejelitaan itu ditutupi arakan mega yang cemburu . Cengkerik-cengkerik berzikir , alam bertafakur di bawah kesuraman , mengakui kebesaran Yang Maha Esa .

Ah... sepinya Kota Darul Adwa' . Bangunan kota usang berdiri megah bak arca yang bersusunan . Segalanya sepi...sunyi tanpa ada satu suara pun kecuali alunan zikir sang cengkerik yang setia menghiburkan .

Namun , keheningan alam maya tereksplotasi dengan suatu dentuman bom yang amat kuat . Bunyi tembakan yang bertalu-talu turut kedengaran lalu memecah sunyi . Serta-merta kota yang bagaikan kota mati tadi lantas dibingiti pekikan manusia . Di sana sini kelihatan penduduk kota yang bertempiaran dengan wajah yang terukir kegusaran yang sukar untuk ditafsirkan dengan bahasa . Serentak dengan itu , kedengaran deruan kereta menuju ke dalam kota yang hingar-bingar . Kelihatan beberapa buah trak tentera , kereta kebal serta sejumlah besar armada-armada yang lengkap bersenjata menyergah masuk tanpa diundang .

"Trutttttt!!!!!....Truttttttt!!!!....Trutttt!!!... Bang!! Bang!!! Boommmmmmm!!!! Arggghhhhh!!!!!.........."
Atmosfera Darul Adwa' mula dilitupi jeritan bazooka , meriam , machine-gun dan juga jeritan maut manusia yang sungguh mengerikan . Satu demi satu penduduk Darul Adwa' rebah ke bumi .....

Pada saat adengan tembak-menembak begitu hangat , seorang ibu yang memimpin tangan anak lelakinya dengan senyap-senyap keluar dari sebuah bangunan . Mereka lantas berlari menyertai sekumpulan penduduk yang masih berusaha menyelamatkan diri . Sementara peluru-peluru yang lapar sentiasa memburu nyawa manusia yang menjadi mangsa keganasan itu .

Malang... telah ditakdirkan petemuan dengan Izrail itu terlalu awal buat si Ibu . Tubuhnya dimamah satu per satu butiran peluru . Si Ibu mengerang kesakitan lantas tersungkur di atas bumi Darul Adwa' yang hanyir dengan cecairan merah nan pekat . Si anak di sebelahnya panik melihat ibunya yang kaku di atas tanah . Ya Allah....ibu... Dia menoleh . Askar-askar ganas semakin mendekati . Hatinya bertambah gusar . Ah!!! Tawakal ! "Ibu , biar Fajar dukung ibu !" Si anak bernama Fajar langsung mendukung ibunya dan berlari sekuat tenaga yang ada , menuju ke pintu keluar kota bersama-sama saki-baki penduduk kota .

Para askar semakin galak mengejar mereka . " Kejar ! Kejar !" Mayat-mayat yang bergelimpangan dipijak-pijak tanpa rasa kemanusiaan . Dasar manusia !
" Cukup ! Jangan kejar mereka . Mereka tidak akan ke mana . Lambat-laun mereka pasti akan berada di genggaman kita jua !" Suara lantang itu segera menghentikan sekalian askar yang berkejaran , bagaikan sebuah fius yang memutuskan litar . Semua askar terus berbaris , seolah-olah menunggu kedatangan orang penting . Seorang lelaki berdurja seganas sang raja rimba berjalan angkuh ke arah barisan armada-armada sambil diiringi beberapa orang jeneral . Dari lagak gaya bongkak dan lencana serta pingat yang tersusun rapi di pakaiannya menunjukkan bahawa lelaki tersebut bukan sembarangan orang . Field Marshal .

" Bagus....Bagus.. Sekarang , kota Darul Adwa' ini menjadi hak milik kita secara mutlak . Perfect ! Ha..Ha..Ha !" Dekahan gelak si Field Marshal itu kemudian terhenti . "Tapi , aku tak mahu melihat kota jajahan aku dicemari mayat-mayat bergelimpangan yang busuk dan menjijikan ini . Aku mahu kamu bakar semua mayat-mayat yang ada . Usah peduli ! Yang tidak bernyawa potong dan bakar , yang bernyawa bunuh saja . Ha..ha.. nampaknya malam ini pasti akan ada pesta unggun mayat terbesar dalam dunia ?" Sorakan dan hilai ketawa memenuhi angkasa . Askar-askar ganas melonjak-lonjak serta bersorak riang , bagaikan sekumpulan kanak-kanak kelaparan yang disogok seguni makanan . Sambil Field Marshal itu Cuma tersenyum meleret memerhati anak-anak buahnya . ' Fathur Rahman ! Lihatlah kehebatanku!'

Bayu malam yang dingin bertiup perlahan membawa bersama pepasiran halus dan debu-debu gersang . Kedinginan mula mencengkam hingga ke tulang sum-sum , bagaikan sejuknya cuaca di Kutub Utara . Para pelarian Darul Adwa' yang berjaya melepasi maut dan keganasan dari senjata lapar yang memburu , melepaskan kepenatan seketika di tengah-tengah kesuraman padang pasir sambil ditemani redup cahaya Sang Rembulan . "Allah..Allahuakbar.." Fajar tercungap-cungap lantas menghempaskan tubuhnya di atas padang pasir . Namun , dia kembali bangkit dan merenung ibunya yang masih terbaring kaku . Matanya terkatup rapat . ' Tidurkah ibu ?' Fajar menggoncang-goncang perlahan tubuh ibunya . "Ibu..Ibu.." Tiada reaksi . Tangannya menggenggam erat tangan si Ibu . 'Subhanallah ..sejuknya..'

Seorang pemuda mendekati Fajar . " Kenapa ibumu ?" " Ibu sakit agaknya.. tangannya dingin sekali.." Pemuda tersebut menyentuh pipi wanita tua yang terbaring kaku di sisi anaknya . Kemudian jarinya dihalakan pada hidung siibu seterusnya di pergelangan tangan . Fajar hanya memerhati tanpa banyak bicara .

" Innalillah wainnaillahi roji'un..." Fajar tersentak . Nyawanya bagai disentap, ganas . Sukmanya berbunga berbagai bahasa , berbagai rasa . Serta-merta kolam matanya dipenuhi air-air kesayuan . " Tidak ! Tidak !! Ibu tidak mati . Ibu masih hidup . Ibu masih hidup !! Ibu , bukalah mata.." Fajar mula hilang pertimbangan . Tubuh si Ibu dipeluknya erat-erat . Pemuda tadi cuba menenangkan Fajar . " Bertenang , Fajar ." " Ibu..jangan tinggalkan Fajar , ibu.... Ibu !!!" Tangisan Fajar kian meruntun hati setiap mata yang memerhati . Sungguh , tiada manusia yang mahu kehilangan insan yang disayanginya .

" Fajar , sudahlah... Usah diratapi pemergian ibumu . Ianya hanya akan menambah seksa kepada ibu . Apa Fajar mahu melihat ibu terseksa ?" Fajar lantas membisu . Esakannya masih kedengaran . "Fajar , abang Mujahid akan menguruskan jenazah ibu . Fajar bersabar dan beristirghfarlah sebanyak-banyaknya . Allah lebih sayang ibu Fajar lebih daripada Fajar sayangkan ibu . Sudahlah.. keringkan air mata itu.. Abang berjanji akan menjaga Fajar...." Pemuda bernama Mujahid itu merangkul kemas bahu Fajar . Fajar mengangkat mukanya . Perlahan-lahan dia melepaskan tubuh ibu . Wajah Mujahid ditatap dengan renungan anak mata yang dalam , mencari secebis keikhlasan di sebalik kata-kata . Senyuman meniti di wajah tulus Mujahid , namun tidak dibalas sebaliknya Fajar menundukkan muka sambil mengesat sisa-sisa air mata . ' Ya Allah... Kau tabahkanlah hatiku..'

" Yahooo... Mari kita bersuka-ria ! Kita raikan kemenangan Baghiah !"
" Hei , bawakan arak 2 tong besar itu ke mari !" " Cepat potong mayat-mayat yang ada ! Kita buat malam unggun !" Angkasa Darul Adwa' kini dipenuhi asap-asap berbau hanyir daging manusia . Askar-askat ganas tersebut riang berpesta , meraikan kemenangan mereka menakhluk bumi Darul Adwa' . Pesta maksiat itu dimeriahkan lagi dengan arak , dan sebagainya yang melalaikan manusia akan batas-batas
kemanusiaan . Mereka umpama syaitan bertopengkan manusia yang berhati seganas binatang buas . Begitulah sikap manusia yang dalam kealpaan seperti mana yang telah diperingatkan oleh Allah SWT :

"Apakah orang-orang kafirmu (hai kaum musyrikin) lebih baik dari mereka itu , atau apakah kamu telah mempunyai jaminan kebebasan (dari azab) dalam Kitab-Kitab yang dahulu ?"
( Surah al-Qamar ayat 43 )

Namun masih ada seorang daripada insan-insan syaitan itu yang terlihat membatu , membisu tanpa kalimah . Dahinya berkerutan , kegusaran memikirkan sesuatu . "Tuan , kita berjaya akhirnya ! Kita berjaya meluaskan emapayar dengan menakluk Darul Adwa' . Kita kaya .. Ha..haa..ha.. Kaya !" " Belum pasti lagi ," pintas Field Marshal yang sejak tadi membatu . Para jeneral pengampu saling berpandangan, tidak mengerti apakah maksud di sebalik kata-kata . "Kita perlu mencari mereka semua sebelum mereka mendapatkan bantuan daripada Fathur Rahman . Kalau mereka berjaya berbuat demikian , bermakna bahana menimpa kita !"
"Jadi….. bagaimana sekarang ? Bila kita hendak beroperasi , mencari mereka kembali ?" Satu senyuman yang angkuh serta menjelikkan terpahat di bibir lelaki bengis itu . " Kita akan cari mereka…. Esok !"

"Allahuakbar...Allahuakbar..." Gemersik suara panggilan Ilahi bergema di segenap padang tandus memecah keheningan , tanda bermulanya tugasan para khalifah bumi . Burung-burung kecil yang bermustautin di celah-celah kaktus berkicauan riang , mendoakan kesejahteraan seluruh alam . Sekumpulan manusia di suatu sudut terlihat sedang khusyuk menunaikan amanah Allah . Kekhusyukkan itu sedikit pun tidak terganggu meski diusik angin padang pasir serta pasir-pasir yang berterbangan . Subhanallah....

"Assalamualaikum warahmatullah..." Ucap Mujahid perlahan . Para jemaah makmum di belakangnya ikut mengucap salam . Mereka kemudian sama-sama menadah tangan seraya mendongakkan kepala , penuh mengharap pada Yang Esa . "Ya Allah , ya Tuhan kami , Engkau kurniakanlah kepada kami keselamatan . Engkau lindungilah kami daripada puak-puak ganas yang mengancam nyawa kami . Engkau lindungilah kami.. dan kasihanilah kami . Sesungguhnya Engkau Maha Pengasih lagi Maha Kuasa , amin ya rabbal a'lamin ...." Mereka kemudian bersalaman mesra , seperti adat Islam junjungan manusia .

Mata Mujahid meliar mencari kelibat Fajar . Hatinya mula mengasihani anak yatim piatu yang malang itu . Anak yatim piatu sememangnya perlu dimuliakan , seperti firman Allah SWT :

"Dan berikanlah anak-anak yatim akan harta dan janganlah kamu tukar gantikan yang baik dengan yang buruk , dan janganlah kamu makan harta mereka dengan menghimpunkannya dengan harta kamu kerana sesungguhnya yang demikian itulah merupakan dosa-dosa besar ."

( Surah An-Nisaa ayat 2 )

Ah , itu dia ! Mujahid menghampiri Fajar yang sedang khusyuk bertafakur di hadapan pusara gersang , yang menjadi pemisah kasih antara dua insan . Hatinya mula terpalit sayu . Sungguh ku tidak mengerti akan hidup ini yang penuh dengan adengan duka..

Fajar tetap tidak berganjak . Sanubarinya kian ditenggelami air-air dari samudera duka lantas memaksa kolam matanya bergenangan . Sayu kian bermaharajarela tatkala hati kecil itu sentiasa membisikkan kata-kata rindu pada si Ibu . Musibah apakah ini ??? ' Aku masih terlalu lemah untuk menerima kenyataan maha perit ini ya Allah...' Fajar kemudian melepaskan keluhan yang sesekali diuntai titisan jernih di pipi . ' Hidup harus aku teruskan . Kematian ibu.. harus ada yang membelanya . Dan itulah aku... Akulah yang akan membelamu , Ibu . Aku !' Fajar lantas berpaling , menuju kepada Mujahid yang sejak tadi sabar meneliti bait-bait kedukaan yang terpancar di wajah seorang remaja muda . Pahit berbaur sengsara mula menusuk-nusuk sanubari tika pusara itu semakin jauh... jauh dan jauh . Fajar melepaskan pandangan terakhirnya , terus ke arah pusara Ibu . Itulah kunjungan pertama , dan terakhir , terakhir buat selama-lamanya . ' Ibu.... Aku sayang padamu..'

Mentari semakin meninggi , menegak di atas kepala . Bahangnya yang sehangat bara membakari pasir-pasir yang sedia gersang dan tandus itu . Para pelarian Darul Adwa’ tercungap-cungap kepenatan . Langkah kian lemah dek diseksa bara kepanasan sang Mentari . Mujahid mendongak , memerhati lampu alam itu sambil mengesat peluh di dahi . ' Kita harus segera keluar dari sempadan Darul Adwa' ini dan mencari bantuan . Ya Allah.. lindungilah kami.' Fajar di sisi Mujahid mengeluh kepanasan . Durjanya semerah bunga raya yang kembang mekar . Pakaian serta tubuhnya basah dihujani lautan peluh yang tidak mampu dibendung .

"Rasanya tentu kita semua sudah kepenatan . Molek benar kiranya kita berehat sebentar dan solat Dzohor di sini ." Cadangan Mujahid sekadar disambut anggukan bisu lantaran badan yang sudah penat dan sereblum mula memikirkan air , makanan enak dan tilam empuk untuk merehatkan badan yang penat itu . Mereka masing-masing duduk beralaskan pasir yang panas , melepaskan kepenatan . Fajar mengesat peluh di dahi dengan lengannya . Mujahid di sebelah menghulurkan termos air . Pantas Fajar menyambut dan segera meneguknya . Mujahid hanya tersenyum sambil menggeleng kecil .

Sekonyong-konyong angin berderuan , kedengarannya cukup aneh . Ah , mana bisa di hari seterik ini angin berderuan kuat sekali ? Mujahid sedikit tersentak . dahinya berkerut , memikirkan apakah yang membawa deru angin sekuat ini ? Dia bangkit lalu mengamati suatu objek kurang jelas laksana teori logamaya hasil biasan udara panas dengan udara sejuk. Di kejauhan kedengaran samar-samar bunyi enjin kereta . Pandangan matanya segera ditajamkan . Mujahid terpaku dek tidak percaya dengan pandangan matanya . Masya-Allah ! Bala ! Bala !!! Tanpa berlengah-lengah Mujahid mengarahkan teman-teman pelarian untuk segera meninggalkan tempat persinggahan mereka . " Kenapa ? Kenapa ?" Masing-masing tercengang . "Baghiah !!" "Apa ? Baghiah ???" Mereka kaget seketika . Aduhai.. lepaskanlah kami dari kesengsaraan ini ...

Deruan trak tentera serta sorakan ngeri soldadu Baghiah mula menggamit atmosfera. Tanpa mempedulikan kepenatan , para pelarian Darul Adwa' meredah kepanasan , menyelamatkan diri . Senjata-senjata lapar mula memuntahkan peluru keganasan yang dahagakan darah manusia .

Mujahid memimpin tangan Fajar . Fikirannya kala itu hanyalah berfikir betapa cepatnya saat pengembalian kepada Allah . 'Tidak mengapa... Allah pasti akan membayar segala kezaliman mereka yang berlaku zalim' getus hati Mujahid . Teriakan demi teriakan disahut deru machine gun yang menggerunkan . Fajar digamit ketakutan . Tangan Mujahid digenggamnya erat-erat . ' Ya Allah , mengapa harus kami dijadikan buruan musuhmu yang kejam ini ? Lepaskanlah kami ya Allah...'
"Aduh !! Argh... !!!" Fajar menoleh . Seorang tua jatuh terjelepuk dengan kaki yang penuh darah . Terdapat kesan tembakan yang masih segar di kakinya . Tanpa mempedulikan keadaan yang cukup getir itu , Fajar melepaskan genggaman Mujahid . Dia pantas berlari mendapatkan lelaki tua yang terbaring kesakitan .

"Pak cik , pakcik tak apa-apa , kah ?" Lelaki tua itu jua seperti ibu . Tidak menjawabnya . Namun dahinya yang berkerut-kerut menahan perih itu sudah cukup memberikan jawapan yang Fajar kehendaki . Melihatkan saiz lelaki tua itu lebih besar daripadanya , Fajar mula teragak-agak . Benaknya bercelaru . "Fajar !!" Mujahid menghampiri Fajar . " Abang Mujahid , tolonglah selamatkan pakcik ini . Tolonglah !!" Mujahid membisu . Kepalanya diangkat dan matanya merenung di kejauhan . Ah ! Tentera Baghiah tentu akan muncul sekejap masa lagi . Matanya kembali merenung Fajar . Matanya bersinar , penuh mengharap . Hati Mujahid kembali terusik dek bayangan ketulusan yang dipamerkan . Lelaki tua tersebut lantas dipikulnya dan mereka berlarian menyelamatkan sisa nyawa yang masih berbaki dengan izin Allah .

" Aduh.. sakit..!" Lelaki tua itu mengerang kesakitan sambil memegang keras kakinya yang basah berdarah . Fajar terpegun melihat butir peluru di penyepit yang dipegang Mujahid . 'Binatang' inilah yang juga membunuh ibuku . Mujahid kemudiannya membalut luka itu dengan secarik kain . " Terima kasih , nak , kerana telah menyelamatkan pakcik.." Mujahid tersenyum . “ Pakcik harus berterima kasih pada Fajar . Dialah yang sebenarnya menyelamatkan pakcik ." Fajar tersipu-sipu . "Ah , perkara kecil saja .." "Siapa nama pakcik? Saya tidak pernah ketemu pakcik di Bandar Darul Adwa’ ini ," ujar Mujahid sambil menghulurkan air kepada Fajar dan lelaki tua itu . "Nama pakcik , Ahmad . Pakcik memang bukan berasal dari Darul Adwa' . Sebenarnya pakcik ke sana untuk berniaga . Tahu-tahu subuh tadi Darul Adwa' diserang pengganas . Lagipula siapa mereka sebenarnya ?" Suasana sepi seketika . Fajar dan Pakcik Ahmad menanti jawapan dari Mujahid . " Mereka sebenarnya adalah konco-konco menteri luar kerajaan Darul Shukur , Baghiah . Sultan Zabil telah menghukum mereka keluar dari kerajaan Darul Shukur kerana telah berbuat khianat terhadap rakyat terutama Darul Adwa' . Darul Adwa' adalah sebuah kerajaan kecil taklukan Sultan Zabil yang kaya dan merupakan sumber ekonomi utama Darul Shukur . Tetapi dalam tempoh seminggu ini , Darul Adwa' mula dikecam keganasan . Kami dipaksa menyerahkan hasil-hasil tani dan dagangan kepada Baghiah dan kami juga diugut agar tidak melaporkannya kepada Darul Shukur , khususnya Unit Tentera Fathur Rahman . Namun , kami berpegang pada prinsip untuk tidak tunduk pada mana-mana kezaliman . Kami kemudiannya diugut dengan ugutan bahawa kami akan diperangi dan akhirnya.. terjadilah seperti sekarang ini ."

Fajar dan Pakcik Ahmad terkebil-kebil tanpa suara . 'Barulah aku faham mengapa aku dan Ibu dipisahkan . Dasar manusia terkutuk !' "Tapi kita boleh terus-terusan melarikan diri, bukan ? Kita harus perangi mereka !" Mujahid memandang Pakcik Ahmad . " Benar.. tapi , kita tidak punya tenaga yang dapat melemahkan mereka . Malah , kita tidak punya sebarang senjata ." Pakcik Ahmad kemudian tersenyum . " Usah dirisaukan tentang senjata ." Fajar dan Mujahid saling berpandangan . Bercandakah pakcik tua ini ? Pakcik Ahmad kemudian bangkit membawa sebuah bungkusan sederhana besar yang memang sejak mula-mula tadi tidak pernah ditinggalkannya . Bungkusan itu dibuka . Mujahid dan Fajar terpaku . "Subhanallah.." Tidak disangka-sangka lelaki tua di hadapannya itu pemilik senjata . "Pakcik sebenarnya berdagang pelbagai jenis peralatan perang . Salah satunya adalah pedang . Pedang ini meskipun ringan namun , kualitinya sangat terjamin ." Pakcik Ahmad tersenyum lalu menghulurkan sebilah pedang kecil berwarna putih dan hijau kepada Fajar . " Ini asalnya kepunyaan seorang pendekar cilik di Parsi bernama Qamarul Hakiki . Pedang inilah yang dia gunakan untuk menentang kezaliman yang melanda tanah tumpah darahnya ." Fajar menyambut pedang itu dengan seribu tanda tanya . ' Apa yang akan aku lakukan dengan pedang ini ? Aku tidak mahu membunuh .. tidak !'

Mujahid kemudian bangkit lalu bertayammum di satu sudut . Fajar dan Pakcik Ahmad turut bangun untuk menyempurnakan tayammum . Setelah para jemaah bersedia dengan beralaskan sebuah tikar usang dengan keluasan terhad , Mujahid kemudian memulakan azan Isyak . Bergema seluruh alam dengan alunan merdu kalimah pujian ke atas Allah itu .

" Tuan-tuan.. Allah SWT telah berfirman ,

" Wahai orang-orang yang beriman ! Bertaqwalah kepada Allah dan cara jalan yang boleh menyampaikan kepada-Nya ( menjunjung perintah dan meninggalkan larangan Allah Ta’ala ) , dan berjuanglah pada jalan Allah supaya kamu beroleh kejayaan ."

Sesungguhnya kita ini adalah Muslim , dan menjadi kewajipan untuk kita bangun menentang kezaliman sekiranya nyawa serta agama kita terancam . Kita tidak boleh selamanya berdiam diri dengan lari begini . Kita mesti berhadapan dengan mereka . Biarpun kita perangi mereka dengan tiada kecanggihan senjata , tetapi percayalah mereka yang berjuang Lillahi Ta'ala , syahidlah ganjarannya . Ingatlah , ketika Rasulullah saw dikelilingi oleh sekelompok sahabatnya pada malam Aqabah , baginda telah bersabda ,

" Bai'atlah (berjanjilah) anda semua denganku untuk tidak mempersekutukan Allah dengan sesuatu apa pun , tidak mencuri , tidak berzina , tidak membunuh anak-anakmu, tidak membuat fitnah antara sesama kamu dan tidak derhaka terhadap perintah kebaikan . Barangsiapa menepati perjanjian itu , nescaya ia diberi pahala oleh Allah dan siapa melanggar salah satu daripadanya , maka dia akan dihukum di dunia ini . Hukumnya itu menjadi Kaffarah ( denda ) baginya . dan barangsiapa melanggar salah satu daripadanya , kemudian ditutup oleh Allah ( tidak diketahui orang , sehingga ia bebas dari hukuman dunia ) , maka perkaranyta terserah kepada Allah . Kalau Allah suka mengampuni , diampuniNyalah , dan kalau Allah hendak menyiksa , disiksaNyalah ."

Walaupun perjuangan kita tidak disertai ahli-ahli perang yang ramai dan mahir , namun usahlah kita gentar kerana insya-Allah , ma’unah Allah akan sentiasa bersama-sama mereka yang bersatu menentang kezaliman kerana Allah . Oleh itu , saudaraku , kembalilah kita bangkit , bersatu dan tanamkan semangat untuk berjuang berhabis-habisan memerangi puak yang zalim ini . Meski kelak kita syahid , namun kedamaian akan menjadi tinggalan buat anak-anak kita yang lain , kerana amannya mereka setelah kezaliman kita tumpaskan ." Mujahid berkobar-kobar di hadapan teman-teman pelarian Darul Adwa' . Sesekali ucapannya diselangi laungan takbir penuh semangat daripada mereka . " Benar , kita mesti perangi Baghiah ! Kita tidak boleh lagi lari menyembunyikan diri kerana resmi ini hanyalah menghantar perspektif pengecut kepada manusia tanpa tatasusila seperti tentera Baghiah itu !" " Benar ! Benar !" Pakcik Ahmad dan Mujahid tersenyum puas . Kali ini biarlah mereka pasrah kepada Allah SWT . Biarlah nyawa mereka dijadikan galang ganti asalkan Baghiah tidak lagi muncul di muka bumi ini . Mujahid menoleh ke arah Fajar . Sayu hatinya melihat Fajar nyenyak tidur di ribaannya . Hati kecilnya membisikkan rasa perikemanusiaan , memikirkan diri Fajar yang bakal menghunus pedang kecilnya , menumpaskan kezaliman dalam usia yang begitu muda .

Subuh melabuhkan tirai , menggantikan tabir malam . Nun di ufuk timur sinar suria merangkak perlahan , menampakkan kegemilangannya dengan status Raja Pagi . Meski begitu sang Ratu Malam pula masih tidak leka dengan senyuman ayu di dada arakan mega . Setianya mengabdikan diri kepada Pencipta sehingga sanggup dipanah cahaya megah mentari . Begitulah apabila Allah menciptakan sesuatu untuk menjadi teladan kepada manusia . Manusia dengan keimanan yang utuh , pasti akan mengabdikan diri sepenuhnya pada Allah ,seperti jua rembulan . Mujahid mengeluh perlahan . Projektor memorinya mula menayangkan semula kalimah demi kalimah yang pernah disampaikan oleh guru agamanya . Manusia beriman umpama rembulan purnama , indah , berseri dan menerangi kegelapan malam . Subhanallah . "Abang Mujahid…." Mujahid tersentak . Serta merta dunia monolog itu terhenti bak teori fius yang memutuskan litar . " Ya, ada apa , Fajar ?" "Abang , siapa dia Mus'ab Ibnu Umair ?"
Mujahid tersenyum . " Kenapa ?" " Sewaktu di sekolah dulu , Ustaz Amin pernah beritahu , jadilah sezuhud dan segagah Mus'ab . Dia seorang yang gagah dan zuhud , kah ?"

"Benar , Fajar . Mus'ab Ibnu Umair asalnya daripada keluarga bangsawan . Dia seorang yang sangat kaya dan tampan ," terang Mujahid . " Kaya dan tampan seperti Sultan Zabil ?" Mujahid tersenyum seraya mengangguk perlahan . " Mus'ab yang tampan ini sentiasa digilai wanita tidak mengira usia . Macam Nabi Yusuf . Lama-kelamaan Mus'ab terasa jiwanya kekosongan kerana banyak menghabiskan masa , bukan dengan sesuatu yang berfaedah . Kemudian , dia mendapat tahu bahawa ada ajaran agama yang dapat menenangkan jiwa , lantas dia pergi mencarinya dan akhirnya dia masuk Islam . Apabila ibu Mus'ab tahu yang dia meninggalkan agama nenek moyangnya , ibunya berasa sangat marah dan menghukum Mus'ab . Mus'ab tidak diberi makan bahkan dipenjarakan . Tapi , Mus'ab masih mampu tersenyum dan tabah . Ketika perang Uhud , Mus'ab menjadi salah seorang pembawa panji-panji . Tatkala keadaan para Muslimin yang kalut ekoran diserang mendadak oleh puak Quraisy akibat tidak mendengar arahan Rasulullah saw , Mus'ab masih tidak berganjak daripada tempatnya . Dia bagai dipaku ke bumi . Tiba-tiba datang beberapa orang tentera Quraisy menghunus pedang dan terputuslah tangan kanan Mus'ab .." " Masya-Allah ! Mus'ab tidak larikah , Abang ?" Fajar menekup muka dengan tangan , ngeri . Mujahid sekadar tersenyum sambil merangkul bahu Fajar . " Seorang pejuang Islam yang sejati tidak akan lari daripada medan perang , meski membahayakan nyawanya sendiri . Mus'ab tidak berganjak dan panji yang hampir rebah itu disambut pula dengan tangan kirinya . Mus'ab berkata dengan lantang ' Muhammad adalah Rasul dan siapa yang menentang Rasul , aku akan tentangi mereka !' Dengan ucapan itu , tentera Quraisy bertambah marah dan menghayun lagi pedangnya dan terputuslah pula tangan kiri Mus’ab . Pada pandangan Fajar , tewaskah Mus’ab lantaran itu ?" Fajar merenung Mujahid yang tersenyum manis di hadapannya . Dahinya berkerut memikirkan jawapan . " Kalau tak ada kedua-dua belah tangan , tentulah kalah , Abang Mujahid ! Macam mana dia nak pegang pedang , mempertahankan diri tambahan dia bertanggungjawab sebagai pemegang panji , bukan ?"

Mujahid ketawa kecil lantas menambah bingung di hati Fajar . " Kenapa abang ketawa?" "Abang bukan mentertawakan Fajar . Cuba Fajar ingat semula cerita abang tadi . Ibu kepada Mus'ab pernah memenjarakan beliau kerana kedegilannya menukar agama , kan ? Maka , pastilah Mus’ab tidak akan cepat mengalah hanya kerana kedua belah tangannya putus dek hayunan pedang ." " Alah.. Abang Mujahid , cepatlah sambung cerita . Fajar nak tahu apa yang berlaku pada Mus’ab ." " Ya , Abang sambung cerita Mus'ab tadi . Mus'ab kemudian menjerit di tengah kegawatan perang , ' Walaupun aku rebah , tapi Islam dan Muhammad tetap akan hidup ! ' Bertambah-tambah marahlah tentera Quraisy seperti api marak yang ditambah minyak petrol . Lantas dilontarnya tembok ke arah Mus’ab lalu menembusi dadanya sehingga rebah ke bumi . Tapi , panji Islam tetap tidak rebah , malah sepantas kilat disambut pula oleh Abu Rumiah . Fajar tahu tak , semasa Rasulullah saw menatap mayatnya Mus'ab , baginda telah menitiskan air mata seraya bersabda , 'Sungguh ya , Mus'ab , di masa yang lampau aku melihat engkau di Makkah hidup mewah dan berparas rupawan , dan sekarang yang memilukan hatiku apabila kepalamu dibungkus dengan kain-kain yang bertampal .' Mus’ab telah berhijrah daripada kemewahan dunia yang penuh fana kepada keredhaan Allah SWT , sebagai seorang syuhada' . Dan .. inilah hijrah yang mana kita akan susuli kelak , Fajar ." Fajar sekadar membisu di sisi Mujahid . Mujahid mengusap perlahan kepala anak yatim di sisinya , seakan mengerti perit dan persoalan di hati remaja muda itu . " Fajar nak jadi seperti Mus'ab, Abang Mujahid . Fajar akan mempertahankan Darul Adwa' ." Mujahid tersenyum simpul . " Insya-Allah... "

Teriknya suria , membakar , menghangatkan suasana padang kegersangan air , ketandusan tumbuhan yang telah menjadi sejarah hitam untuk sekian lama . Sehangat mana bahang mentari , sehangat itu jua semangat yang membakar sanubari setiap pelarian Darul Adwa' . Mereka berjalan kembali ke pangkuan Darul Adwa' tanpa mempedulikan risiko yang bakal menanti kerana impian syahid telah tersimpul mati di hati . Masing-masing membawa bekal keazaman utuh yang tidak akan runtuh meski jasad dimamah peluru . Mujahid memegang erat tangan Fajar yang sejak tadi membisu . ' Bolehkah aku menjadi seperti Mus'ab yang berani serta tabah itu ? Ah.. risau tidak akan menyelesaikan segalanya . Ustaz Amin pesan , Allah mengasihi anak-anak yatim dan sentiasa membantu hambaNya yang dalam kesusahan . Ya , pasti ! Kali ini biarlah pedang ini kuhayun walau buat kali pertama dan...' Monolog Fajar lantas terhenti tatkala kumpulan pelarian di hadapannya mendadak berhenti . Fajar merenung ke hadapan . Sekonyong segerombolan besar syaitan bertopengkan manusia membawa bersama " binatang kesayangan" yang dahagakan darah manusia . Manusia angkuh , Field Marshal tersenyum bongkak memerhati sekumpulan manusia dengan hanya bersenjatakan pedang di hadapan mata .

" Wah..wah.. adakah itu satu lelucon ? Pedang berlawankan machine gun dan Raifel ? Aha.. anda semua memang pandai bergurau . Rasanya aku hendak menobatkan nama-nama anda semua ke Anugerah Oscar untuk kategori pelakon komedi terbaik . Ha! Ha! Ha! Pasti beroleh piala . " Gurauan bermutu serendah mata wang paling kecil dunia itu disambut dengan hilai tawa pasukan tentera tidak bermoral tersebut . Namun ia tidak sedikit pun mencalar riak pejuang Darul Adwa’ yang sudah pun nekad , berserah kepada Allah SWT . Kendatipun hati seorang remaja muda yang masih memupuk kematangan , lantas membuak magma yang berapi , seakan menunggu untuk dilepaskan . Hilai tawa dan wajah menjijikan gerombolan manusia tidak bermoral itu sungguh menyakitkan hati Fajar . Pedang digenggamnya erat-erat.

" Apa yang kamu semua ketawakan ? Sampah terpampang di hadapan mata . Cepat bersihkan ! " Arahan Field Marshal tersebut tidak dilengahkan lantas armada-armada Baghiah mencampak raifel serta machine gun lalu menghunus pedang di pinggang dan berlarian menghampiri kumpulan pelarian Darul Adwa' . Kumpulan Darul Adwa' sedikit terdesak , namun semangat tetap semangat . Pedang dibalas pedang . Mereka terus mara ke hadapan . Pedulikan jumlah tentera Baghiah yang ramai itu , mau’nah Allah pasti akan tiba jika kita yakin kepada-Nya . Asakan demi asakan diterima . Ramai juga tentera Baghiah yang rebah . Field Marshal di kejauhan hanya memerhati di samping pengampu-pengampunya . " Pertunjukan yang menarik . Tapi , sayang , setakat ini sahajalah hiburan kita . Jeneral Vladimier , arahkan unit Raifel 2 , cepat !! " Unit Raifel 2 Jeneral Vladimier mula bersedia dengan raifel masing-masing . Field Marshal ketawa sinis , babak yang ditunggu-tunggunya akan bermula , detik rebahnya manusia Darul Adwa ' .

" Unit Raifel 2 . Stand by , countdown 3 , 2 , 1 . Fire !!!" Muntahan peluru mula memenuhi angkasa . Kumpulan pelarian Darul Adwa' tersentak . Mujahid lantas menarik lengan Fajar , hampir-hampir tubuh remaja itu ditusuki peluru . Mereka segera berlarian ke arah sebuah batu besar yang agak berhampiran . Namun , tiada manusia yang akan terlepas dari ajal . " Pakcik Ahmad !!!!!!! " Fajar tersentak apabila Pakcik Ahmad rebah di hadapannya , dengan tubuh yang lemah dimamah peluru . Fajar mengheret sekuat hati tubuh tua itu ke tempat perlindungan . Terlambat….. " Fajar !!!!!!!!"

" Allahu akbar !!!!!! " Sedesit kedengaran suara lantang memenuhi angkasa . Sekumpulan besar armada-armada berjubah putih , berpanji ' Fathur Rahman' dan beberapa kereta kebal menuju ke arah mereka dan tentera Baghiah . Field Marshal dan Baghiah mula panik . Jahanam ! Fathur Rahman !!! Belum pun sempat mereka hendak melarikan diri , di belakang mereka , tentera Fathur Rahman lengkap bersenjata telahpun mengepung . Field Marshal yang tadinya berdurja girang kini beriak seganas singa . Kebencian terpapar di wajahnya , namun , keadilan hanya memihak kepada yang haq . Baghiah akhirnya mengibarkan jua bendera putih , akur akan kekalahan yang terpaksa diterima . Mereka beramai-ramai dimasukkan ke dalam sebuah trak tentera yang dikawal rapi .

" Assalamualaikum ...." " Wa'alaikumussalam Warahmatullah.." Mujahid membalas salaman mesra seorang pemuda berdurja setenang air di wadi tanpa bayu . " Saya , Badarul Azmi , Jeneral untuk Unit Tentera dan Keselamatan Fathur Rahman . Saya minta maaf kerana terlambat mengesan Baghiah , kami sebenanya telah lama tiba di Darul Adwa' tetapi sayangnya Baghiah terlepas sebelum sempat kami berkas . Tapi , alhamdulillah . Tugas kali ini telah selesai . Baghiah akan membayar harga yang mahal untuk ribuan nyawa yang telah mereka korbankan ." Mujahid sekadar membisu . " Tuan , bagaimana dengan mayat-mayat ini?" Jiwa Mujahid tersentap apabila dua mayat diusung di hadapannya . Lebih menyiat-nyiat perasaan , jasad kaku seorang remaja muda yang amat disayanginya berlumuran darah . Mujahid menyambut tubuh Fajar dari tangan tentera Fathur Rahman . " Marilah kita kembali ke Darul Adwa' "

Mujahid merenung ke arah langit membiru yang kehilangan mega . Tubuh Fajar di sisinya dipeluk erat-erat sambil titis demi titis air kesyahduan gugur dari kolam mata . Mujahid pantas mengesat wajahnya . Matanya kembali merenung alam ..... " Masih adakah lagi kedamaian untuk kami , ya Allah ?"

Tercalar pelangi di hiris gerimis
Senjapun merangkak menutup mentari
Terbias warnanya ke wajah
Lagu kedamaian tiada kedengaran
Bumi yang merekah disirami darah
Kemelut melanda.. tiada kesudahan..
Kemusnahan.. bermaharajarela
Yang lemah .. menjadi mangsa..
Anak-anak kecil menggoncangkan ibunya
Yang lemah longlai.. tak lagi bernyawa..
Jeritan suara batinnya.. tak siapa mendengarnya
Tergadaikah maruah oleh janji-janji
Terbayarkah dengan darah..?
Soalan yang tiada jawapan
Kemanusiaan telah lama hilang..
Kini yang tinggal hanya ketakutan
Musnah kasih sayang.. dan persaudaraan
Tandus akhlak dan keimanan..
Menyemai.. persengketaan..


Wallahu a'lam bissowab.........
Seeker of Serenity ,

Tamamul Qamar

Tiada ulasan:

Catat Ulasan

Terima Kasih